Minggu, 02 Desember 2012

Toxsoplasma ( Toksoplasmosis)


 Toksoplasmosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler yaitu Toksoplasma gondii. Penyakit ini mempunyai gejala klinik dengan manifestasi yang sangat bervariasi. Sebagian besar pasien bahkan tidak memberikan gejala dan tidak diketahui telah terinfeksi. Pada banyak pasien termasuk bayi dan pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, toksoplasmosis dapat mengancam jiwa. Bagi ahli kebidanan dan penyakit kandungan, toksoplasmosis penting karena dapat menyebabkan penyakit pada ibu yang tak diketahui penyebabnya dan sangat potensial menyebabkan infeksi bayi dalam kandungan yang dapat menyebabkan keguguran, kematian bayi dalam kandungan dan kecacatan pada bayi.


Menegakkan diagnosis toksoplasmosis adalah sulit karena gejala klinisnya yang tidak selalu jelas dan bahkan pada banyak pasien tidak memberikan gejala. Hingga saat ini sudah banyak metode pemeriksaan yang dikembangkan termasuk metode pemeriksaan serologi untuk mendeteksi antibodi tetapi hasilnya masih belum memuaskan dan biayanyapun masih sangat mahal. Pemeriksaan histopatologi mungkin dapat membantu meskipun dengan hasil yang masih kurang memuaskan.

Epidemiologi

Penyebaran dari infeksi toksoplasma mencapai seluruh penjuru dunia dengan insidensi yang bervariasi. Pada penelitian antibodi toksoplasma di Tahiti dan Guatemala didapatkan infeksi hampir 100%, sedangkan di India hanya 2 %. Di Perancis didapatkan kejadian 10 infeksi akut tiap 1000 kehamilan, sedangkan di Amerika hanya 1,1 tiap 1000 kehamilan., Hasil penelitian di Indonesia untuk serologi Toksoplasma didapatkan 51,58 % untuk IgG dan 13,16 % untuk IgM. Insidensi infeksi toksoplasma rendah pada daerah dengan iklim suhu rendah seperti daerah Alaska dan juga pada daerah dengan iklim kering seperti daerah Arizona.

Infeksi pada manusia dapat terjadi saat makan daging yang kurang matang, sayur-sayuran yang tidak dimasak, makanan yang terkontaminasi kotoran kucing, melalui lalat atau serangga. Juga ada kemungkinan terinfeksi saat menghirup udara yang terdapat ookista yang beterbangan.


Cara penularan lain yang sangat penting adalah pada jalur maternofetal. Ibu yang mendapat infeksi akut saat kehamilannya dapat menularkannya pada janin melalui plasenta. Risiko terjadinya infeksi pada janin dalam rahim meningkat menurut lamanya atau umur kehamilan. Pada kehamilan trimester I risiko infeksi sekitar 17 %, pada trimester II sekitar 24 % dan pada trimester III sekitar 62 %. Pada


ibu yang mendapat infeksi sebelum terjadinya konsepsi sangat jarang menularkannya pada janin. Meskipun risiko infeksi meningkat sesuai umur kehamilan, tetapi > 90 % dari infeksi yang didapat saat trimester III biasanya tidak memberikan gejala saat bayi lahir.


 Gejala klinik
Pada manusia dewasa dengan daya tahan tubuh yang baik biasanya hanya memberikan gejala minimal dan bahkan sering tidak menimbulkan gejala. Apabila menimbulkan gejala, maka gejalanya tidak khas seperti : demam, nyeri otot, sakit tenggorokan,kadang-kadang nyeri dan ada pembesaran kelenjar limfe servikalis posterior, supraklavikula dan suboksiput. Pada infeksi berat, meskipun jarang, dapat terjadi sakit kepala, muntah, depresi, nyeri otot, pnemonia, hepatitis, miokarditis, ensefalitis, delirium dan dapat terjadi kejang.


Pada toksoplasmosis kongenital berat dapat menyebabkan kematian janin, tetapi pada keadaan yang lain, infeksi dapat tidak memberikan gejala dan bayi dapat lahir normal. Kelainan pada janin dengan toksoplasmosis kongenital dapat berupa gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, hidrosefali, anensefali, mikrosefali. hidrops non imun, korioretinitis. Pada bayi dapat juga lahir tanpa gejala tetapi kemudian timbul gejala lambat seperti korioretinitis, katarak, ikterus, mikrosefali, pnemonia dan diare.


Komplikasi jangka panjang yang serius adalah timbulnya kejang, retardasi mental dan gangguan penglihatan.


Kebanyakan bayi yang meninggal karena infeksi toksoplasma mengalami kerusakan yang berat pada otak. Kerusakan pada pembuluh darah menyebabkan kematian fokal dan difus pada hemisfer otak, batang otak dan serebellum. Kerusakan yang lebih berat terjadi pada korteks daerah sekitar ventrikel otak, dan ganglia basalis. Seringkali terbentuk kista yang dapat menyebabkan sumbatan pada saluran serebrospinal yang dapat menyebabkan hidrosefali.


1 komentar:

  1. Ada materi yang kaitannya langsung dengan BIOKIMIA?
    kalau ada lebih baik.

    salam
    -Deden

    BalasHapus